Krisis Budaya Nasional Indonesia Di Tengah Arus Globalisasi
Gencarnya arus globalisasi dengan diikuti hadirnya
kecanggihan teknologi di dalam penerapannya yang menerpa Indonesia, membuat
lahirnya peradaban Indonesia dibawa menuju kearah kehidupan dunia barat.
Lahirnya modernisasi di dalam masyarakat kita telah sedikit banyak merubah cara
pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang tercipta
merupakan duplikasi budaya masyarakat barat yang cenderung berjiwa konsumtif
dan hedonis.
Berbagai macam fenomena kehidupan yang terjadi di
lingkungan masyarakat dewasa ini, telah mengilustrasikan suatu keadaan yang
mencerminkan layaknya kehidupan masyarakat dunia barat dan telah menggeser
kedudukannya dari budaya kelokalan Indonesia telah eksis sebelumnya. Pola ini
memang sengaja dilakukan oleh para penguasa media yang melahirkan dan
mempopulerkan pola hidup semacam itu lewat pengaruh produknya yang notabene
sebagai cerminan kebudayaan lebih modern serta digembar-gemborkan melalui
jejaring medianya yang telah mereka bangun sebelumnya, hingga masyarakat
khususnya generasi muda terkena dampak dan bertekuk lutut meniru secara
mentah-mentah tanpa adanya koreksi diri dari produk di balik tayangan medianya
dari lansiran kaum kapitalis itu.
Industri media yang menguasai jaringan cyber digital
space itu, memang telah sengaja mengobrak-abrik tatanan hidup bangsa Indonesia
yang terkenal satun itu, dan telah menjadi bagian dari jatidiri bangsa
Indonesia selama bangs ini didirikan oleh para pendahulunya, kini diganti dengan
kebudayaan seronok, berperilaku rusak, dangkal pemikiran, berjiwa pragmatis,
instanis, konsumtif serta hedonis.
Jaringan media entah dalam bentuk televise atau film yang
harusnya sebagai alat pencerahan hidup masyarakat, kini telah mengambil alih posisiya,
sehingga budaya luhur dan norma kesantunan yang sudah mapan warisan dari nenek
moyang itu, kini keberadaanya digantikan dengan budaya baru sebagai cerminan
realitas palsu yang berkembang ditengah kehidupan masyarakat melalui berbagai
sarana jaringan media yang ada, hingga pada akhirnya lahir peradaban barudengan
keragaman bentuk hasil replika dari kebudauaan barat di tanah Indonesia.
Teknologi informasi yang lahir dan dibesarkan di dunia
barat, telah lebih banyak diterapkan oleh kelompok kapitalis yang menguasai
pasar industri. Dunia industri
dengan segala macam pengetahuan yang terlahir telah memaksa teknologi informasi
berada dipihaknya hingga peradaban yang terlahir adalah tangan-tangan pengedali
pasar industri.
“Globalisasi
telah menjadi kekuatan yang membutuhkan respons tepat karena ia memaksa suatu
strategi bertahan hidup (survival strategy) dan strategi pengumpulan kekayaan
(accumulative strategy) bagi berbagai kelompok dan masyarakat”
(Featherstone,1991). Kenyaan ini memberi dampak bahwa proses yang terjadi telah
membawa pasar dunia industri dengan segala macam
bentuk dan format operasionalisasinya menjadi suatu kekuatan dominan dalam
pembentukan nilai dan tatanan sosial yang bertumpuh pada prinsip-prisip
perekonomian kian padat dan canggih dalam operasionalisasinya. Dari dampak yang
ditimbulkan, telah mempengaruhi realitas jangkauan pasar industri telah mewabah
keseluruh dunia melalui jaringan cyber multimedia digital termasuk Indonesia
yang tak luput dari efeknya.
Gencarnya
arus globalisasi dengan diikuti hadirnya kecanggihan teknologi di dalamn
penerapannya yang menerpa Indonesia, membuat lahirnya peradaban menuju kearah
dunia barat. Lahirnya modernisasi di dalam masyarakat kita telah sedikit banyak
merubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang
tercipta merupakan duplikasi budaya masyarakat barat yang cenderung berjiwa
konsumtif dan hedonis.
Berbagai macam fenomena kehidupan yang terjadi di
lingkungan masyarakat dewasa ini, telah mengilustrasikan suatu keadaan yang mencerminkan
layaknya kehidupan masyarakat dunia barat. Pola
ini memang sengaja dilakukan oleh para penguasa media yang melahirkan dan
mempopulerkan pola hidup semacam itu lewat pengaruh produknya yang notabene
sebagai cerminan kebudayaan lebih modern serta digembar-gemborkan melalui
berbagai macam jejaring medianya hingga masyarakat bertekuk lutut, lalu meniru
secara mentah-mentah tanpa adanya koreksi diri dari produk lansiran kaum
kapitalis itu. Industri media yang menguasai jaringan cyber digital space itu,
memang telah sengaja mengobrak-abrik tatanan hidup bangsa Indonesia yang
terkenal satun itu, dan telah menjadi bagian dari jatidiri bangsa Indonesia
selama ini, kini diganti dengan kebudayaan seronok, berperilaku rusak, dangkal
pemikiran, berjiwa pragmatis, instanis, konsumtif serta hedonis.
Dari
uraian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak globalisasi
kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan budaya masyarakat
Indonesia dimana fenomena pengglobalan dunia harus disikapi dengan arif
dan positif thinking karena globalisasi dan modernisasi sangat
diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh lengah dan
terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh
negatif yang akan merusak budaya bangsa.
Menolak
globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek
globalisasi. Akses kemajuan teknologi informatika dan komunikasi dapat
dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.Jati
diri daerah harus terus tertanam dijiwa masyarskat Indonesia, serta harus
terus, meningkatkan nilai-nilai keagamaaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar